"Assalamu'alaikum..... Wilujeng Sumping di Padepokan Sim Kuring : Mari Kita Berbagi Untuk Masa Depan Yang Lebih Baik"
CHATTING


INFO ADMIN

Mengenai Saya

ASMAUL HUSNA
WAKTU SAAT INI
KALENDER
RENUNGAN
PTK BAHASA INDONESIA
29 September 2009
PENERAPAN TEKNIK LPMP (LATIHAN, PENGAMATAN, MENEMUKAN DAN PENGUATAN) DALAM PEMBELAJARAN MENEMUKAN UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK DALAM MENINGKATAN KUALITAS PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN

Oleh : RAGUNG, S.Pd.
(Guru SMP Negeri 2 Jatiwangi Majalengka, Ketua TPK Kab. Majalengka)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
  1. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Sebelum Dilakukan PTK
Pembelajaran kompetensi dasar Menemukan Tema, Latar, Tokoh, Alur, Sudut Pandang Dan Amanat Pada Cerita Pendek telah dilakukan penulis di kelas IX-A pada hari Selasa tanggal 24 Juli tahun 2007 pada jam pembelajaran kesatu dan kedua serta pada hari Sabtu tanggal 28 Juli 2007 pada jam pembelajaran keempat dan kelima.
Kronologi dan realita pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
Penulis menyebutkan kompetensi dasar yang harus diperoleh siswa yaitu
menemukan tema, latar, tokoh, alur, sudut pandang dan amanat pada cerita pendek serta menyebutkan 8 indikator pencapaian, yaitu:
  1. mampu menemukan tema cerpen;
  2. mampu menemukan latar cerpen;
  3. mampu menemukan tokoh dan menentukan penokohan cerpen;
  4. mampu menemukan alur cerpen;
  5. mampu menemukan sudut pandang dalam cerpen;
  6. mampu menemukan amanat cerpen;
  7. mampu menemukan nilai-nilai yang positif dan negatif dalam cerpen;
  8. mampu menentukan nilai-nilai dalam cerpen yang dapat dijadikan teladan oleh siswa.




Setelah itu penulis bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang berhubungan dengan cerpen. Hanya ada seorang siswi yang berani menjawab yaitu Ena Hadiyanti, sementara siswa-sisiwi yang lainnya pasif.
b. Kegiatan Inti (eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi)
Pada kegiatan ini penulis menjelaskan unsur-unsur intrinsik dalam sebuah cerita pendek (tema, latar, tokoh, alur, sudut pandang dan amanat), baik itu pengertiannya maupun jenis-jenisnya. Saat penulis menjelaskan, para siswa terlihat memperhatikan dengan sungguh-sungguh, tetapi ketika penulis memeberi kesempatan untuk bertanya, tidak ada seorangpun yang mengajukan pertanyaan. Penulis merasa penasaran dan mencoba untuk mengemukakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang baru saja dijelaskan, ternyata siswa yang bisa menjawab hanya dua orang yaitu: Ena Hadiyanti dan Vanandhika.
Dua jam pembelajaran telah berlalu. Penulis meninggalkan ruangan kelas tanpa sempat memberikan refleksi.
Dua jam berikutnya terjadi di hari Kamis. Penulis kembali menanyakan unsur-unsur cerpen sebagai apersepsi. Pertanyaan itu bersifat terbuka dan boleh dijawab oleh siapa saja yang bisa dengan cara mengacungkan tangan, tetapi yang menjawab hanya seorang dan itu-itu saja.
Penulis melakukan penilaian hasil belajar dengan cara memberi selembar cerpen yang berjudul Guruku hasil karya penulis itu sendiri dan dilengkapi dengan 10 pertanyaan. Kesepuluh pertanyaan itu adalah:
1) Siapakah tokoh-tokoh dalam cerita di atas dan termasuk tokoh apakah mereka?
2) Di manakah latar cerita tersebut dan kapan waktu kejadiannya?
3) Apa tema cerita di atas?
4) Sudut pandang apa yang digunakan pengarang dalam cerita di atas?
5) Apa amanat yang terkandung dalam cerita di atas?
6) Jenis alur apa yang digunakan pengarang dalam cerita di atas?
7) Bagian mana yang merupakan instabilitas?
8) Bagian mana yang merupakan konflik?
9) Bagian mana klimaks cerita di atas?
10) Nilai kehidupan positif apa yang dapat kita peroleh dari cerpen di atas?
Setiap tugas yang dijawab dengan benar diberi skor 10. Nilai siswa adalah skor yang diperoleh siswa tersebut. Hasil penilaian terhadap hasil kerja siswa adalah sebagai berikut:
a) nilai tertinggi : 70
b) nilai terendah : 15
c) nilai rata-rata : 37
c. Kegiatan Penutup (refleksi)
Dalam kegiatan refleksi penulis mengulas kembali materi pembelajaran
yang telah disampaikan. Selain itu penulis juga memberi tugas kepada
siswa untuk mencari cerpen di surat kabar dan menganalisnya.
2. Deskripsi Refleksi Terhadap Kegiatan Di Atas
Penulis melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Tindakan apa yang telah saya lakukan selama proses pembelajaran?
b. Bagaimana respon siswa terhadap tindakan yang saya lakukan?
c. Bagaimana efektivitas tindakan yang telah dilakukan terhadap pencapaian indicator?
d. Bagaimana situasi kelas dengan tindakan yang telah saya lakukan?
e. Apakah muncul tindakan-tindakan siswa sesuai dengan kondisi yang diharapkan ?
Hasil refleksi dengan pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebagai berikut:
Penulis mencoba menjelaskan unsur-unsur cerita pendek melalui teknik ceramah. Penulis telah berusaha mencoba agar dalam proses pembelajaran itu terjadi inter aktif. Kenyataanya siswa pasif dan hanya bengong memperhatikan penjelasan penulis. Kelihatannya mereka memperhatikan, tetapi kenyataannya hanya mata mereka saja yang memperhatikan sementa pikiran mereka tidak mind-on. Hal ini terbukti dari hasil penilaian yang mereka peroleh. Penulis telah menentukan criteria ketuntasan minimum (63) tetapi hanya ada 2 siswa saja yang mencapai criteria tersebut. Penulis mengharapkan siswa aktif, tetpi kenyataannya siswa sangat pasif. Jelas, pembelajaran ini sangat tidak efektif atau dengan kata lain pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal).
3. Deskripsi Solusi Untuk Mengatasi masalah Di Atas
Untuk mengatasi kegagalan pembelajaran di atas, penulis berusaha mencari solusi. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.
Berdasarkan pengalaman penulis saat mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, penulis berhipotesis bahwa teknik belajar (teori belajar) Kontruktivisme sangatlah tepat jika digunakan dalam pembelajaran kompetensi dasar ini. Hanya saja penulis mencoba memadukan pendekatan Contextual Teacing And Learning dengan pendekatan Cooperative Learning untuk membidani sebuah strategi pembelajaran yang penulis namai dengan teknik LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan).
Oleh karena itu, penulis mencoba merencanakan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Pembelajaran Menemukan Unsur Intrinsik Cerita Pendek Melalui Teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penetian ini adalah sebagai berikut, “ Apakah penerapan teknik LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan) dalam pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerita pendek dapat meningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penulis ingin meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerita pendek dengan menerapkan teknik LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan).

D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman bagi penulis tentang bagaimana cara menerapkan teknik
LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan) dalam
pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerita pendek.
2. Memberikan sumbangan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Kepala Sekolah, Pengawas mata pelajaran Bahasa Indonesia, Kepala Seksi Kurikulum tentang cara menerapkan teknik LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan) dalam pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerita pendek.
3. Memberikan kontribusi positif terhadap dunia pendidikan di Indonesia khususnya dalam peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di Tingkat SMP.

E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Jika dalam pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerita pendek diterapkan teknik LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan), maka kualitas proses dan hasil pembelajaran akan meningkat”.














BAB II
LANDASAN TEORETIS

A. Teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan dalam Pembelajaran.
Setiap siswa mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda-beda. Ketika
siswa melihat sesuatu persoalan , maka cara dan intensitas dan berpikir setiap siswa pun berbeda pula. Perbedaan-perbedaan tersebut akibat dari perbedaan minat, kemampuan, kesenjangan, pengalaman, cara belajar dan sebagainya (Depdiknas, 2002:24). Perbedaan-perbedaan tersebut akan berdampak pada proses dan hasil sebuah pembelajaran.
Berbagai pendekatan, strategi maupun model pembelajaran telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengcover kemampuan berpikir siswa yang berbeda-beda tersebut. Pendekatan yang paling sering digunakan di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikembangkan dalam model Cooperative Learning. Pendekatan CTL itu sendiri memiliki 7 elemen penting, yaitu: inkuiri (inquiry), pertanyaan (questioning), kontruktivistik (contruktivism), pemodelan (modeling), masyarakat belajar (learning community), penilaian otentik ( authentic assessment) dan refleksi (reflection). Para ahli berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan di era pendidikan sekarang yang lebih mengarah pada kontekstual, bermakna dan menyenangkan.
Blancard (2001) mengembangkan strategi pembelajaran metode kontekstual dengan:
1) menekankan pemecahan masalah;
2) menyadari kebutuhan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan pekerjaan;
3) mengajari siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga menjadi siswa mandiri;
4) mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda;
5) mendorong siswa untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan
6) menerapkan penilaian autentik
Penulis menyetujui bahwa pendekatan CTL sangat cocok untuk digunakan
dalam pembelajaran di era KTSP ini, hanya sajka tujuh pilar CTL ini dianggap terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN 2 Jatiwangi khususnya di kelas IX-A. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari Ctl itu sendiri. Dalm penelitian ini, penulis hanya akan mengembangkan 4 (empat) langkahyang penulis namai dengan langkah LPMP ( Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan).
Latihan adalah belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu (KBBI Balai Pustaka, 1999:568).
Pengamatan adalah perbuatan mengamati dengan penuh (KBBI Balai Pustaka, 1999:30).
Menemukan adalah mendapatkan sesuatu yang belum ada sebelumnya (KBBI Balai Pustaka, 1999:1035).
Penguatan adalah proses atau perbuatan menguati atau menguatkan (KBBI Balai Pustaka, 1999:534).
Berdasarkan deskripsi dan penjelasan di atas, penulis merasa yakin bahwa dengan menerapkan teknik LPMP dalam pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerita pendek dapat meningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Fakta di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran di dalam kelas lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan kognitif. Tidaklah mengherankan jika siswa meninggalkan bangku sekolah seolah-olah tidak mendapatkan bekal ilmu untuk bermasyarakat. Jelas hal ini sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional yang sebagian kalimatnya menyebutkan membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Manusia yang utuh adalah manusia yangh memiliki 3 ranah (domain) yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Melalui KTSP yang tercantum dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, pemerintah telah mengeluarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar minimal yang harus dikuasai siswa dalam setiap tingkatan dan jenjanhg pendidikan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam Permendiknas tersebut sudah mencakup 3 ranah, penulis sendiri hanya mengembangkan dan mengimplementasikannya melalui indicator-indikator.
1. Kompetensi Dasar
a. Menemukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang pada cerpen
b. Menganalisis nilai-nilai kehidupan dan menentukan amanat pada cerpen
Pencapaian kompetensi dasar tersebut ditandai dengan tercapainya indikator hasil belajar sebagai berikut:
2. Indikator
a. Mampu menemukan tema cerpen
b. Mampu menemukan latar cerpen
c. Mampu menemukan tokoh cerpen
d. Mampu menemukan alur cerpen
e. Mampu menemukan sudut pandang cerpen
f. Mampu menentukan amanat cerpen
g. Mampu menentukan nilai yang dapat dijadikan teladan bagi siswa

C. Pola Pikir
Narasi pelaksanan Teknik LPMP dalam pembelajaran menemukan unsur
intrinsik cerita pendek adalah sebagai berikut:
Kelas dibagi menjadi tujuh kelompok. Kelompok-kelompok itu diberi nama Kelompok Tema, Kelompok Latar, Kelompok Tokoh, Kelompoik Alur, Kelompok Sudut Pandang, Kelompok Amanat, dan Kelompok Nilai Teladan. Setiap kelompok terdiri atas enam siswa. Seorang siswa bertugas sebagai ketua kelompok yang berkewajiban untuk memimpin diskusi dalam kelompok masing-masing, seorang siswa diberi tugas sebagai seorang sekretaris yang berkewajiban untuk menampung dan menulis pendapat-pendapat anggota kelompok, dan 3 orang sebagai anggota yang berkewajiban berpartisipasi aktif memecahkan permasalah yang diberikan guru.
Langkah-langkah proses pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan ini penulis menjelaskan manfaat mempelajari kompetensi dasar menemukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang pada cerpen dan menganalisis nilai-nilai kehidupan dan menentukan amanat pada cerpen, bahan ajar, tahapan-tahapan cara belajar dan sistem penilaian.
Cara belajar yang ditegaskan penulis dalam pembelajaran ini adalah cara PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Artinya siswa diberi kesempatan dalam kelompoknya untuk bertanya dan berpendapat dengan disertai alasan-alasan yang logis dalam suasana yang rileks tanpa adanya intervensi negatif dari guru.
Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah sistem penilaian berbasis kelas dengan cara authentic assesment. Penilaian ini terdiri atas dua macam, yaitu; penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses lebih menekankan pada penilaian sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) siswa selama proses pembelajaran berlangsung, sedangkan penilaian hasil lebih menekankan pada pengetahuan (kognitif) siswa di akhir pembelajaran.
Dalam kegiatan pendahuluan ini, guru juga mengatur siswa untuk membentuk tujuh kelompok. Penulis mengatur kelompok ini seadil-adilnya dengan mempertimbangkan intake siswa dan gender. Pengaturan ini sangat penting karena merupakan awal keberhasilan dari pembelajaran melalui teknik LPMP.
2. Kegiatan Inti
Sesuai dengan teknik yang dikembangkan penulis, kegiatan inti dalam pembelajaran ini dikelompokan menjadi empat tahapan. Keempat tahapan itu adalah: latihan, pengamatan, menemukan dan penguatan.
a. Tahapan Latihan
Pada tahapan ini secara klasikal siswa diajak bertanya jawab mengenai pengertian mengenai unsur intrinsik cerita pendek (tema, tokoh, latar, alur, sudut pandang dan amanat). Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing. Guru hanya berfungsi sebagai motifator dan fasilitator.
b. Tahapan Pengamatan (eksplorasi)
Pada tahapan ini secara berkelompok yang telah diberi nama siswa diberi sebuah cerpen yang berjudul Guruku karangan R. Agung. Sesuai dengan nama kelompoknya, siswa secara berkelompok mendiskusikan salah satu unsur yang ada dalam cerpen tersebut. Kelompok Tema harus mencari tema cerpen tersebut, Kelompok Latar harus mencari latar cerpen tersebut, Kelompok Tokoh harus mencari tokoh dan watak tokoh dalam cerpen tersebut, Kelompoik Alur harus mencari alur cerpen tersebut, Kelompok Sudut Pandang harus mencari sudut pandang cerpen tersebut, Kelompok Amanat harus mencari amanat dalam cerpen tersebut, dan Kelompok Nilai Teladan harus mencari nilai-nilai positif yang bisa diteadani dari cerpen tersebut.
Pada tahapan ini, penulis hanya berkeliling sambil mengamati prilaku dan aktivitas siswa dalam kelompoknya. Pengamatan penulis terhadap prilaku dan aktivitas siswa tersebut dijadikan data bagi penilaian proses.
c. Tahapan Menemukan (elaborasi)
Pada tahapan ini, setiap kelompok diberi kesempatan untuk menampilkan hasil pengamatannya di depan kelas. Saat satu kelompok menyampaikan, kelompok yang lainnya diperkenankan untuk bertanya. Jika kelompok yang sedang tampil di depan kelas tidak bisa mengemukakan alas an, kelompok lainnya bisa membantu. Peran guru pada tahapan ini adalah sebagai fasilitator, motor dan supervisor. Penulis berkewajiban memotivasi siswa jika terjadi deadlock. Selain itu, guru juga bertugas untuk mencatat sikap dan aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. Pencatatan ini dapat dijadikan data otentik bagi penulis untuk menentukan penilaian proses.
d. Tahapan Penguatan (Konfirmasi)
Pada tahapan ini semua siswa kembali duduk di tempat duduk masing-masing. Kelas kembali pada kondisi klasikal. Penulis memberikan simpulan-simpulan terhadap hasil diskusi siswa.
3. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup dibagi menjadi dua kegiatan. Kedua kegiatan tersebut adalah:
a. Siswa ditugasi untuk memeberikan masukan tentang manfaat pembelajaran
yang baru dilakukannya sebagai refleksi.
b. Siswa diberi penggalan cerpen sederhana yang telah dilengkapi dengan beberapa pertanyaan dan harus diisi secara individual sebagai penilaian hasil pembelajaran.




















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dikelompokan menjadi dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat fase. Keempat fase tersebut adalah:
(1) merencanakan PTK; (2) melaksanakan PTK; (3) melaksanakan observasi; dan (4) melakukan refleksi. Keempat fase tersebut yang direncanakan dan dilaksanakan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerita pendek melalui teknik LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan) adalah sebagai berikut.
1. Merencanakan PTK
Kegiatan yang dilakukan dalam merencanakan PTK adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menemukan unsur cerita pendek melalui teknik LPMP berikut bahan ajarnya yaitu cerpen Guruku.
b. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk menuntun siswa dalam melakukan kegiatan selama pembelajaran berlangsung.
c. Membuat pedoman observasi sebagai instrumen untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran.
2. Melaksanakan PTK
Kegiatan dalam fase ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan teknik LPMP dalam pembelajaran menemukan unsure intrinsic cerita
pendek. Penulis berfungsi sebagai guru yang diobservasi.
3. Melaksanakan Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh dua orang guru Bahasa
Indonesia, yaitu Ibu Ihat Shohihatun, S.Pd. dan Ibu Hj. Euis Hartati, S.Pd.
terhadap pembelajaran yang dilakukan penulis. Observasi ini menggunakan
pedoman instrument observasi.
4. Melakukan Refleksi
Refleksi dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Hasil refleksi menunjukan bahwa masih ada masalah yang menjadi penghambat peningkatan kualitas pembelajaran dan diperlukan solusi untuk mengatasinya.
Pada siklus kedua dilakukan analisis data dengan urutan kegiatan sebagai berikut: mereduksi data, mengorganisasikan data dan menarik kesimpulan.
Mereduksi data adalah kegiatan membuang data yang tidak relevan dan mencatat data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis. Mengorganisasikan data artinya mendeskriptifkan data secara naratif sesuai dengan urutan kegiatan pembelajaran. Menarik kesimpulan adalah kegiatan mengolah data secara kualitatif untuk membuat simpulan.

B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang disepakati dalam pertemuan ini adalah observasi. Nurgiyantoro dalam Slamet Mulyana (2001:57) mengatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti dan sistematis. Dari pendapat tersebut penulis berpendapat bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap suatu hal secara langsung, teliti dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Pelaksanaan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Bogdan dalam Slamet Mulyana (1996:102) mengatakan bahwa dalam melakukan observasi kita harus dapat mendeskripsikan secara rinci berbagai kejadian, bukan ringkasan atau opini dan mengutip pernyataan orang, bukan pula meringkas apa yang dikatakan orang.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dimensi-dimensi yang perlu dideskripsikan adalah tampilan fisik siswa dan guru. Interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru menjadi deskripsi utama. Setting kelas juga menjadi prioritas berikutnya. Selain itu, aktivitas siswa dan guru dalam mengimplementasikan tahapan model pembelajaran serta pikiran dan perasaan peneliti perlu dideskripsikan pula secara rinci karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan bagian dari penelitian.
Nurgiyantoro dalam Slamet Mulyana (2001:57) menyebutkan bahwa observasi dikelompokkan menjadi dua yaitu observasi berstruktur dan observasi tak berstruktur. Observasi berstruktur adalah observasi yang dilakukan terhadap data yang sesuai dengan kerangka kerja. Data yang muncul tetapi tidak termasuk dalam kerangka kerja, tidak dicatat.
Penulis menggunakan lima prinsip dasar observasi dalam penelitian ini. Kelima prinsip dasar observasi itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hopkins
(1993) dalam Slamet Mulyana yaitu perencanaan bersama, fokus, membangun kriteria, keterampilan observasi dan balikan.
Perencanaan bersama dilakukan antara penulis dengan tiga orang observer untuk menyepakati fokus, membangun kriteria, keterampilan observasi dan balikan. Fokus yang diamati adalah interaksi siswa dengan cara dicatat intensitasnya. Membangun kriteria adalah sasarn yang ingin dicapai yaitu 42 siswa di kelas IX-A. Keterampilan observasi yang disepakati adalah (a) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa; (b) mampu menciptakan suasana yang dapat memberikan kenyamanan bagi siswa dan guru; (c) mampu menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk direkam.
Observasi dilakukan terhadap dua komponen yaitu (1) observasi terhadap interaksi siswa dalam kelompok dan presentasi selama pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk memperoleh data proses belajar guna menentukan nilai afektif dan psikomotorik, (2) observasi terhadap hasil tes siswa yang bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar guna menentukan nilai kognitif setiap individu.
Asil observasi merupakan data factual yang dicatat secara cermat dan sistematis oleh kedua observer. Data itu disatukan dan diinterpretasikan bersama untuk memperoleh hasil observasi yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

C. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik kualitatif. Penggunaan teknik ini sesuai dengan jenis data yang diperoleh dan tujuan penelitian. Data yang diperole adalah data kegiatan siswa IX-A selama pembelajaran yang disajikan dalam bentuk kalimat dan tujuannya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Data tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran yaitu data pendahuluan, data kegiatan inti dan data kegiatan penutup.
Data-data yang telah dikategorikan tersebut dipadukan dengan teori-teori teknik LPMP sebagai upaya pembuktian hipotesis. Apabila data tersebut sesuai dengan teori dan ternyata dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, berarti hipotesis itu terbukti.










BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENETILITIAN
DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Pelaksanaan PTK dengan menerapkan teknik LPMP dalam pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerpen dilakukan penulis di Kelas IX-A SMP Negeri 2 Jatiwangi Kabupaten Majalengka. Siklus pertama dilaksanakan pada ari Selasa tanggal 24 Juli tahun 2007 pada jam pelajaran kesatu dan kedua. Observer dalam kegiatan ini adalah dua orang guru Bahasa Indonesia yang berasal dari SMPN 2 Jatiwangi yaitu Ibu Ihat Sohihatun, S.Pd. yang ditugasi untuk mengamati kelompok Tema, Kelompok Tokoh, Kelompok Latar dan Kelompok Alur, serta Ibu Hj. Euis Hartati, S.Pd. yang ditugasi untuk mengamati Kelompok Sudut Pandang, Kelompok Amanat, dan Kelompok Nilai Kehidupan.
Pelakanaan pembelajaran ini berpedoman pada pelaksanaan pembelajaran (lampiran 1) yang telah disusun pada fase perencanaan.

B. Deskripsi Refleksi
Siklus Pertama
1. Hasil Observasi
Aktivitas siswa pada siklus pertama yang perlu diperbaiki adalah sebagai berikut:
a. Saat siswa mendengarkan penjelasan guru tentang unsur intrinsik cerita pendek , kelihatannya mereka memperhatikan dengan sungguh-sungguh, padahal kenyataannya mereka mendengar tetapi tidak mendengarkan. Saat penulis memberi kesempatan untuk bertanya, tidak ada seorangpun siswa yang mengajukan pertanyaan dan ketika penulis menanyakan tentang mengerti atau tidaknya materi yang dijelaskan penulis, secara serempak mereka menjawab mengerti. Ini hanya merupakan kamuflase. Terbukti, ketika penulis mengadakan tes, nilai yang mereka peroleh masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditentukan yaitu 63.
b. Siswa sangat pasif. Selama pembelajaran berlangsung, tidak ada seorang siswapun yang bertanya maupun berpendapat. Mereka seolah-olah keasyikan mendengarkan suara guru yang sedang menjelaskan materi. Jelas hal ini sangat menyulitkan penulis untuk melakukan penilaian proses. Secara afektif mungkin penulis bisa memberikan penilaian, tetapi secara psikomotorik yang berkenaan dengan keterampilan berbaasa sulit untuk diukur karena mereka hanya diam tanpa bicara.
c. Konsep menemukan dan cooperative learning sama sekali tidak tampak, yang ada hanyalah siswa seolah-olah mendengarkan sambil disuapi pengetahuan secara individual.

2. Hasil Refleksi
Penulis bersama kedua observer melakukan refleksi dengan tujuan untuk mencari dan menentukan efektivitas setiap tahapan kegiatan dalam pembelajaran yang telah dilakukan serta mencari beberapa alternative yang memungkinkan bisa dijadikan solusi. Hasil refleksi bertiga tersebut dideskripsikan sebagai berikut:
a. Saat siswa mendengarkan penjelasan guru tentang unsur intrinsik cerita pendek , kelihatannya mereka memperhatikan dengan sungguh-sungguh, padahal kenyataannya mereka mendengar tetapi tidak mendengarkan. Saat penulis memberi kesempatan untuk bertanya, tidak ada seorangpun siswa yang mengajukan pertanyaan dan ketika penulis menanyakan tentang mengerti atau tidaknya materi yang dijelaskan penulis, secara serempak mereka menjawab mengerti.
Siswa melakukan hal seperti ini karena mereka menganggap bahwa dirinya merupakan insane yang tingkat pengetahuannya berada jauh di bawah penulis sehingga mereka tidak mengeluarkan pendapat maupun pertanyaan sedikitpun. Mereka menganggap setiap kalimat yang terucap dari penulis, diyakini sudah benar. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah penulis tidak lagi memberikan penjelasan secara klasikal.
b. Siswa sangat pasif. Selama pembelajaran berlangsung, tidak ada seorang siswapun yang bertanya maupun berpendapat. Mereka seolah-olah keasyikan mendengarkan suara guru yang sedang menjelaskan materi. Jelas hal ini sangat menyulitkan penulis untuk melakukan penilaian proses. Secara afektif mungkin penulis bisa memberikan penilaian, tetapi secara psikomotorik yang berkenaan dengan keterampilan berbaasa sulit untuk diukur karena mereka hanya diam tanpa bicara.
Para siswa melakukan hal ini karena mereka takut salah dan malu jika harus ditertawakan oleh teman-temannya. Solusi untuk memperbaiki masalah ini adalah penulis mengungkapkan dan memberikan dorongan kepada siswa agar mau berbicara dengan mengatakan bahwa jawaban dalam pelajaran Bahasa Indonesia tidak harus pasti, artinya dua jawaban yang berbeda redaksi mungkin saja dinyatakan kedua-duanya benar. Selain itu agar rasa malu siswa diminimalisasi, maka penulis memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara berkelompok. Di kelompok yang relatif jumlah siswanya lebih sedikit diharapkan siswa mau bertanya dan berpendapat.
c. Konsep menemukan dan cooperative learning sama sekali tidak tampak, yang ada hanyalah siswa seolah-olah mendengarkan sambil disuapi pengetahuan secara individual.
Siswa melakukan ini karena mereka kurang diberi kesempatan oleh penulis. Penulis hanya menjelaskan tanpa memperhatikan situasi dan kondisi kelas. Memang wajar jika penulis kurang bisa memperhatikan situasi dan kondisi kelas secara keseluruhan karena ruangan 8 X 9 meter yang dihuni oleh 42 siswa merupakan ruangan yang terlalu besar untuk diperhatikan sendiri. Solusi untuk memperbaiki masalah ini adalah penulis hanya berfungsi sebagai fasilitator dan motivator. Siswa dibiarkan untuk belajar memahami dan mencari unsur intrinsik novel dengan kelompoknya masing-masing. Di kelompok masing-masing yang jelas-jelas jumlah siswanya hanya terdiri atas enam orang, kesempatan mereka untuk bertanya dan berpendapat terbuka lebar, apalagi perasaan mereka tidak tertekan oleh penulis karena yang ada di hadapan mereka adalah anggota kelompok yang merupakan teman mereka sehari-hari.

3. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran menemukan unsur-unsur intrinsik cerita pendek dengan menggunakan model pembelajaran yang telah dilakukan penulis dianggap tidak berhasil atau gagal. Kegagalan itu tampak jelas bukan hanya dalam hal hasil pembelajaran, tetapi juga dalam proses pembelajaran. Penulis berkesimpulan bahwa pemebelajaran menemukan unsur-unsur intrinsik cerita pendek harus diulangi dengan menggunakan model atau teknik yang berbeda dengan teknik terdahulu.
Tahap kedua atau siklus kedua harus disiapkan penulis. Pada siklus kedua ini, penulis mencoba memberikan pembelajaran menemukan unsure-unsur intrinsic cerita pendek melalui teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan atau penulis namai dengan istilah Teknik LPMP. Dengan teknik ini diharapkan masalah-masalah yang dihadapi siswa selama pembelajaran pada siklus pertama dapat diatasi seingga tidak ada lagi siswa yang enggan bertanya dan berpendapat serta siswa difasitisi untuk belajar secara bersama-sama dalam kelompoknya masing-masing tanpa harus merasa segan dengan penulis.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Siklus Kedua
Pelaksanaan perbaikan dengan menerapkan teknik LPMP dalam pembelajaran menemukan unsure-unsur intrinsik cerpen difasilitasi oleh penulis (Ragung, S.Pd.) pada siswa kelas IX-A SMP NEGERI 2 Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 28 Juli tahun 2007 pada jam pembelajaran keempat dan kelima. Observer dalam pembelajaran ini adalah dua guru Bahasa Indonesia yang berasal dari SMP Negeri 2 Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka yaitu Ibu Ihat Sohihatun, S.Pd. yang ditugasi untuk mengamati kelompok Tema, Kelompok Tokoh, Kelompok Latar dan Kelompok Alur, serta Ibu Hj. Euis Hartati, S.Pd. yang ditugasi untuk mengamati Kelompok Sudut Pandang, Kelompok Amanat, dan Kelompok Nilai Kehidupan. Pelaksanaan pembelajaran ini berpedoman pada rencana pelaksanaan pembelajaran siklus kedua (lampiran 2) yang telah disusun dalam fase perencanaan.

1. Kegiatan Pendahuluan
Penulis dalam kegiatan pendahuluan berkata, “Anak-anak pada hari ini kalian akan mempelajari kembali kompetensi dasaryang minggu lalu telah Bapak berikan tetapi Bapak menganggap pencapaian indikatornya belum sesuai dengan harapan. Kompetensi dasar yang akan kalian pelajari lagi sekarang itu adalah menemukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang pada cerpen; dan menganalisis nilai-nilai kehidupan dan menentukan amanat pada cerpen.
Pencapaian kompetensi dasar tersebut ditandai dengan tercapainya
indikator hasil belajar sebagai berikut: mampu menemukan tema cerpen; mampu menemukan latar cerpen; mampu menemukan tokoh cerpen; mampu menemukan alur cerpen; mampu menemukan sudut pandang cerpen; mampu menentukan amanat cerpen; dan mampu menentukan nilai yang dapat dijadikan teladan bagi siswa.
”Pembelajaran hari ini akan menggunakan cara yang berbeda dengan pembelajaran minggu yang lalu. Pada hari ini, pembelajaran akan Bapak kelompokan menjadi empat, yaitu tahap latihan, tahap pengamatan, tahap menemukan dan tahap penguatan. Pada tahap latihan kalian akan tetap belajar klasikal seperti ini, sedangkan mulai taap pengamatan kalian akan Bapak bagi menjadi 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang. Kelompok-kelompok itu akan Bapak namai dengan nama unsur cerpen yang akan kita cari. Bisa dipahami pembicaraan Bapak ini?”
Secara serempak mereka menjawab,”bisa”, anya saja ada seorang siswi yang mengacungkan tangan. Penulis mempersilakan siswi yang bernama Dewi untuk berbicara, ”Saya masih belum jelas, apa yang Bapak maksudkan nama kelompoknya itu dengan nama Kelompok Tema, Kelompok Alur dan Sebagainya Pak?” Penulis menjawab, ”Betul, betul sekali yang kamu maksudkan. Jadi nanti kalian akan tergabung dalam kelompok alur, kelompok sudut pandang atau kelompok unsur yang lainnya. Dewi, bisa memahami?” Dewi menjawab,”Bisa, Pak.” Penulis memberi kesempatan lagi kepada yang lainnya untuk bertanya, tetapi mereka tidak mengajukan pertanyaan. Maka penulis melanjutkan prosespembelajaran ke tahapan selanjutnya.

2. Kegiatan Inti
a. Tahap Latihan (eksplorasi)
Penulis memulai tahap ini dengan mengatakan, ”Baiklah anak-anak, jika
Semua sudah dipahami, marilah kita lanjutkan pembelajaran ini pada tahapan selanjutnya. Oh ya, minggu kemarin Bapak pernah menjelaskan tentang unsur-unsur cerpen. Masih ingat tidak?’ Para siswa serentak menjawab, ”Tidak.”
Penulis, ”Barangkali ada diantara kalian yang masih ingat? Coba acungkan tangan?”
Seorang siswi mengacungkan tangan.
Ena, ”Saya masih ingat Pak, tetapi tidak semua hanya sebagian.”
Penulis, ”Bagus, coba sebutkan apa yang masih kamu ingat!”
Ena, ”Tokoh adalah karakter yang ada dalam cerpen tersebut, tema adalah dasar cerpen tersebut, sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerpen tersebut dan latar adalah tempat dan waktu yang melatari cerpen tersebut.”
Azhardi, ”Bukankah tokoh itu ada tiga Pak?”
Penulis, ”Betul, coba siapa yang masih ingat?”
Deni, ”Saya Pak. Tokoh protagonis, antagonis dan tritagonis.”
Penulis, ”Bagus. Barangkali masih ada unsur cerpen yang belum disebutkan Ena. Silakan siapa yang mau menambahkan?”
Iis, ”Saya Pak. Alur dan amanat, Pak.”
Vanandika, ”Bukankah alur itu yang Bapak gambarkan seperti gunung itu Pak, yang ada konfliks dan klimaksnya.”
Penulis, ”Betul, lebih jelasnya, penjelasan tentang unsur-unsur ini bisa kalian baca di LKS.”
Penulis mensetting kelas dan membentuk 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang . Penulis menentukan 7 siswa yang dianggap paling menonjol untuk ditugasi mencari anggota kelompoknya Ketujuh siswa yang ditunjuk itu adalah Ena, Dewi, Iis, Deni, Azhardi, Vanandika dan Dede Ritno. Setelah mereka mendapatkan 5 orang temannya, mereka berkumpul dalam kelompok masing-masing dan menentukan ketua serta sekretarisnya. Walaupun penulis tidak mengharuskan siswa yang dipanggil itu menjadi ketua kelompok, tetapi ternyata mereka yang dipanggil semuanya dijadikan ketua kelompok.
b. Tahap Pengamatan (Eksplorasi)
Penulis memulai tahap ini dengan membagikan LKS dan Bahan Ajar (lampiran 3). Penulis menjelaskan kepada seluruh siswa bahwa setiap kelompok hanya akan mengamati satu unsur intrinsik saja. Untuk itu setiap ketua kelompok disuruh mengambil tugas dalam kertas kecil yang digulung dan berisi nama salah satu unsur cerpen.
Setelah dilakukan pengambilan dan mereka membukanya, maka didapatlah data sebagai berikut: Ena mengambil kertas yang bertuliskan alur, maka kelompoknya disebut kelompok Alur; Dewi mengambil kertas yang bertuliskan tema, maka kelompoknya disebut kelompok Tema; Iis mengambil kertas yang bertuliskan sudut pandang, maka kelompoknya disebut kelompok Sudut Pandang; Deni mengambil kertas yang bertuliskan nilai kehidupan, maka kelompoknya disebut kelompok Nilai Kehidupan; Azhardi mengambil kertas yang bertuliskan amanat, maka kelompoknya disebut kelompok Amanat; Vanandika mengambil kertas yang bertuliskan latar, maka kelompoknya disebut kelompok Latar; Dede Ritno mengambil kertas yang bertuliskan tokoh, maka kelompoknya disebut kelompok Toko. Semua kelompok telah memiliki nama masing-masing dan sekaligus pula telah memiliki tugas masing-masing. Penulis menyuruh mencari unsur cerpen dari cerpen Guruku sesuai dengan nama kelompoknya masing-masing. Pada tahapan ini, siswa berdiskusi mendiskusikan jawaban dari tugas yang diberikan penulis. Suasana kelas jadi agak ramai, tetapi penulis membiarkannya sepanjang mereka ramai membicarakan pekerjaan mereka. Pada tahapan ini penulis hanya berfungsi sebagai fasilitator jika ada siswa yang bertanya dalam kelompoknmya dan penulis juga berfungsi sebagai stabilisator jika ada pembicaran siswa dalam kelompoknya yang agak menyimpang. Penulis berjalan kesana kemari untuk mengawasi dan mengamati kegiatan siswa. Kegiatan pengawasan dan pengamatan yang dilakukan penulis beserta observer dijadikan data untuk menentukan penilaian proses ranah afektif dan psikomotor.
c. Tahap Menemukan (Elaborasi)
Penulis memulai tahapan ini dengan mengucapkan, ”Baiklah anak-anak. Bapak lihat kalian sudah menyelesaikan pekerjaan kalian masing-masing. Kalian telah melakukan pengamatan terhadap salah satu unsur cerpen. Kalian sudah mengamatinya bahkan kalian sudah menemukannya. Hanya saja perlu diingat yang kalian temukan baru satu unsur, sedangkan indikator yang pernah Bapak sampaikan di awal pembelajaran adalah kalian arus mampu menenmukan semua unsur. Untuk itu marilah kita sharekan pendapat setiap kelompok sehingga kita mampu menemukan semua unsur tersebut. Sebelum Bapak menunjuk, barangkali ada yang ingin mengemukakan hasil pengamatannya sebagai pionir. Silakan!”
Ena, ”Kelompok kami Pak.”
Penulis, ”Silakan!”
Ena, ”Menurut pendapat kelompok kami. Cerpen Guruku yang ditulis oleh Bapak R. Agung beralur linear.”
Mala, ”Maaf apakah linear itu sama dengan alur mundur?”
Ena, ”Bukan, alur linear adalah alur maju. Struktur alurnya itu sendiri didahului dengan adanya eksposisi yaitu ketika Aku, Gita, Frisca, dan Bella berada di kantin sebelum Pak Gun datang. Pak Gun datang itu termasuk instabilitas. Konfliksnya adalah ketika Aku bertengkar dengan Pak Budi. Klimaks cerpen tersebut adala jatuhnya Pak Budi ke lantai. Serta peleraiannya adalah permohonan maaf tokoh Aku kepada Pak Budi. Barangkali ada tanggapan atau sanggahan dari kelompok yang lain?”
Deni, ”Apakah konfliksnya hanya satu? Karena menurut pendapat kelompok kami, ketika tokoh Aku diberi tahui Pak Gun bahwa Pak Budi memasuki kelasnya, dalam dirinya muncul konfliks. Masuk, jangan? Masuk, jangan? Menurut kami itu pun termasuk konfliks.”
Iis, ”Kalau boleh kelompok kami menambahkan, kami setuju dengan kelompok nilai kehidupan bahwa apa yang digambarkannya tadi termasuk konfliks dan dikategorikan konfliks bathin.”
Ena, ”Baik. Terima kasih atas tambahannya. Barangkali masih ada yang mau bertanya atau berpendapat?”
Semua siswa terdiam.
Ena, ”Baiklah, kalau tidak ada yang mau berpendapat maka presentasi kelompok Alur, kami cukupkan sekian saja. Terima kasih atas perhatian teman-teman dan mohon maaf atas kekurangannya.”
Suasana kelas gemuru dengan tepuk tangan. Setela reda, penulis berbicara, ”kelompok selanjutnya yang sudah siap, silakan tampilkan!”
Dede Retno, ”Kelompok Tokoh Pak.”
Penulis, ”Ya , silakan!”
Dede Retno, ” Menurut pengamatan kelompok kami, tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen Guruku dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu toko protasgonis, tokoh antagonis dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis adalah Gita, Pak Gun, Frisca, Bella dan Pak Budi. Tokoh Antagonis adalah Aku. Tokoh tritagonis adalah Ibu Budi. Barangkali ada pendapat yang berbeda atau pertanyaan dari kelompok lain?”
Seorang siswi mengacungkan tangan.
Neneng, ”Saya sependapat dengan pendapat kelompok Tokoh. Hanya saja saya mau bertanya, kalau dua Ibu guru termasuk tokoh apa? Bolehkah kalau kita masukan ke dalam tokoh tritagonis?”
Dede Retno, ”Bagus, terima kasih atas pertanyaanmu. Terus terang kami bingung tokoh Ibu guru itu kami masukan ke mana. Barangkali ada dari kelompok lain yang bisa membantu?”
Azhardi mengacungkan tangan.
Dede Retno, ”Ya, Azhardi dari kelompok Amanat!”
Azhardi, ”Sesuai dengan keterangan yang ada pada LKS bahwa jika ada seorang tokoh yang hanya numpang lewat dan kita tidak mengetahui pendapat maupun tingkah lakunya, maka kita masukan saja ke dalam tokoh tritagonis. Maka menurut pendapat kami, tokoh dua orang Ibu guru itu termasuk tokoh Tritagoni.”
Dede Retno, ”Terima kasi kelompok Amanat yang telah membantu kami. Jadi sementara kita masukan tokoh Ibu guru itu ke dalam tokoh tritagonis. Mungkin nanti Bapak guru bisa membantu kami di akhir pertemuan. Presentasi kelompok kami pun rupanya sampai di sini, terima kasi atas segala perhatian teman-teman.”
Tepuk tangan menggelora dan kelas pun menjadi riuh
Penulis, ”Kelompok mana yang akan tampil berikutnya?”
Vanandika, ”Kelompok latar Pak.”
Penulis, ”Ya, silakan.”
Vanandika, ” Menurut pengamatan kami. Latar tempat cerpen dengan judul Guruku adalah di sekola sedangkan latar waktunya pagi hari.”
Ratih, ”Dari mana Anda bisa mengatakan latar waktunya pagi hari? Kan tidak disebutkan dalam cerpen tersebut?”
Vanandika, ”kami menyimpulkan pagi hari karena disebutkan bahwa merka berada di kanti pada jam pertama dan kedua. Bagaimana faham?”
Ratih, ”O ya, terima kasih.”
Vanandika, ”Masih ada? Kalau tidak ada kami akhiri saja presentasi dari kelompok kami ini.”
Kelas bergemuruh dengan tepuk tangan para siswa.
Penulis, ”Selanjutnya kelompok Apa yang akan tampil?”
Dewi, ”Kelompok tema Pak.”
Penulis, ”Ya.”
Dewi, ”Assalamualaikum wr.wb. Menurut pendapat kami, kelompok kami merupakan kelompok yang mendapat tugas paling berat. ...”
”Huuuuuh”, suara gemuruh dari kelompok lain.
Dewi, ”sebentar, sebentar. Maksud kami berat karena secara tidak langsung kami harus menyelami hati pengarang. Tema kan dasar cerita. Tapi walaupun berat kami akan mencoba mengemukakan pendapat. Tema cerpen ini adalah kebaikan selamanya tidak pernah terhapuskan. Barangkali ada yang mau menambahkan, silakan!”
Agus, ”heueuh uing ge bingung euy nangtukeun nu kitu mah.”
Kelas bergemuruh dengan gelak tawa siswa.
Dewi, ”Kalau tidak ada maka kami akhiri saja presentasi kelompok kami dengan wabilahitaufik wal hidayah, wasalamualaikum wr. wb.”
Penulis, ”Selanjutnya, silakan kelompok Apa?”
Iis, ”Kelompok Sudut Pandang Pak.”
Penulis, ”Ya, silakan.”
Iis, ”Teman-teman berdasarkan pengamatan kelompok kami, maka kami dapat menyimpulkan bahwa sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama.”
Nazar, ”Kalau dalam bahasa Inggrisnya termasuk sudut pandang first person central atau first person peripheral?”
Iis, ”Aduh maaf yah kelompok kami tidak ada yang mahir berbahasa Inggris. Barangkali ada kelompok lain yang mau membantu?”
Kelas diam tanpa suara.
Iis, ”Baik kalau begitu mungkin akan dijelaskan oleh Pak Guru nanti di akhir pelajaran. Penampilan kelompok kami pun kami cukupkan sekian saja dan terima kasih.”
Kelas bergemuruh dengan tepuk tangan siswa.
Azhardi, ”Sekarang bagian kelompok Amanat Pak.”
Penulis, ”Ya.”
Azhardi, ”Sama seperti kelompok Dewi, eh maaf kelompok Tema.”
Agus, ”Duh, kena-kena.”
Azhardi, ”Bukan apa-apa Gus, maksud kami sama karena kamipun harus mendalami isi hati penulis. Berdasarkan pengamatan kami, amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen Guruku adalah janganlah kita menilai seseorang dari satu sisi saja. Siswa menilai Pak Budi sebagai pribadi yang jelek karena beliau mudah marah dan terlalu disiplin, tetapi sebenarnya di balik emosionalnya itu terkandung niat mendidik yang sangat tulus.”
Ana’ ”Mengapa kelompok Anda bisa berpendapat seperti itu?”
Azhardi, ”Dalam cerpen itu kan disebutkan bahwa Aku mencari sepeda Pak Budi diantara Vario dan Mionya Bapak Ibu Guru. Ini berarti bahwa Pak Budi itu adalah sosok yang sederhana dengan pengabdian tanpa pamrih.”
Ana, ”Ooooo.”
Azhardi, ”Barangkali masih ada yang lainnya.”
Kelas diam.
Azhardi, ”Kalau tidak ada maka kami akhiri saja penampilan dari kelompok kami ini.”
Penulis, ”Anak-anak , kelompok yang belum tampil tinggal satu lagi yaitu kelompok nilai kehidupan. Ayo Deni, sampaikan hasil kerja kelompokmu!”
”Baik Pak”, Jawab Deni, ”Menurut pendapat kelompok kami nilai kehidupan yang muncul dalam cerpen Guruku ada dua macam yaitu nilai positif dan nilai negatif. Setiap tokoh digambarkan mempunyai kedua nilai tersebut. Mungkin pengarang bertujuan untuk mengatakan bahwa kehidupan di dunia ini berpasang-pasangan. Sebagai contoh: Pak Budi memiliki prilaku yang temperamental (negatif), tetapi ia juga mempunyai kebiasaan disiplin tingkat tinggi (positif).”
Siska, ”Kalau begitu kamu senang tidak terhadap probadi Pak Budi?”
Deni, ”Antara senang dan tidak.”
Agus, ”Teu puguh atuh kitu mah euy!”
Deni, ”Maksud saya begini, saya senang dengan sikap disiplin Pak Budi dan insya Allah saya akan menirunya, tetapi saya tidak senang dengan emosionalnya Pak Budi dan saya tidak akan menirunya. Penanya jelas?”
Siska, ”Jelas. Terima kasih.”
Deni, ”Masih ada yang mau berkomentar? Kalau tidak ada maka kami akhiri saja penampilan kelompok kami ini. Terima kasih atas perhatian teman-teman.”
Tepuk tangan menggemuruh.
d. Tahap Penguatan (Konfirmasi)
Penulis mengambil posisi di tengah kelompok-kelompok. Penulis berkata, ”Baik anak-anak sebelum kalian kembali ke tempat duduk masing-masing, Bapak akan menyimpulkan hasil diskusi kalian. Hasil pengamatan dan penemuan kalian kalian sungguh luar biasa bahkan boleh dikatakan pendapat kalian itu hampir semuanya benar. Hanya ada beberapa hal yang perlu Bapak ulas. Pertama, konfliks sewaktu tokoh Aku bimbang antara masuk dan tidak memang itu termasuk konfliks, seperti yang dikemukakan oleh Deni dari kelompok Nilai Kehidupan bahwa konfliks semacam itu disebut konfliks bathin. Kedua, sudut pandang yang ditanyakan oleh Nazar adalah sudut pandang first person central, karena sudut pandang ini sama dengan sudut pandang orang pertama pelaku utama, bahkan masih ada satu istilah lagi yaitu sudut pandang akuan sertaan. Sedangkan first person peripheral adalah susut pandang orang pertama pelaku tambahan atau sering juga disebut dengan sudut pandang akuan tak sertaan. Terakhir, mencari tema dan amanat seperti yang dikatakan oleh Dewi dan Azhardi memang agak susah. Oleh sebab itu jarang sekali pembaca yang bisa menetukan tema dan amanat secara pas sesuai dengan keinginan pengarang. Bapak melihat tema dan amanat yang dikemukakan oleh Dewi dan Azhardi sudah sesuai dengan isi cerpen.
3. Kegiatan Penutup (Refleksi)
Siswa kembali duduk di tempat duduk masing-masing, penulis berada di depan kelas dan berkata, ”Terima kasi Bapak sampaikan kepada kalian yang telah melakukan pembelajaran dengan aktif kreatif dan partisipatif. Semoga aja kegiatan ini akan bermanfaat bagi kalian di masyarakat. Bapak ingatkan sekali lagi sesuai dengan amanat yang disampaikan oleh teman-teman kalian bahwa menilai seseorang janganla hanya meliat satu sisi saja. Oh ya hampir saja Bapak lupa, Bapak ingatkan sekali lagi bahwa saat kita akan mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan , kita harus mengucapkan salam terlebih dahulu. Dalam kegiatan tadi Bapak melihat anya ada beberapa orang yang telah melakukannya. Barangkali ada yang ingin disampaikan atau ditanyakan, Bapa beri kesempatan. Silakan!”
Kelas diam dan penulis pun memberikan lembaran soal sebagai penilaian hasil belajar. (lampiran 4).

D. Pembahasan hasil Penelitian Secara Kualitatif
Pembahasan data secara kualitatif adalah pembahasan data dengan cara memadukan data dengan sebuah teori pembelajaran atau proses pembelajaran yang dituntut oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Berikut ini penulis akan membahas data secara berurutan dari mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai dengan kegiatan penutup.


1. Pembahasan Kegiatan Pendahuluan
Penulis dalam kegiatan pendahuluan berkata “Anak-anak pada hari ini kalian akan mempelajari kembali kompetensi dasaryang minggu lalu telah Bapak berikan tetapi Bapak menganggap pencapaian indikatornya belum sesuai dengan harapan. Kompetensi dasar yang akan kalian pelajari lagi sekarang itu adalah menemukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang pada cerpen; dan menganalisis nilai-nilai kehidupan dan menentukan amanat pada cerpen. Pencapaian kompetensi dasar tersebut ditandai dengan tercapainya indikator hasil belajar sebagai berikut: mampu menemukan tema cerpen; mampu menemukan latar cerpen; mampu menemukan tokoh cerpen; mampu menemukan alur cerpen; mampu menemukan sudut pandang cerpen; mampu menentukan amanat cerpen; dan mampu menentukan nilai yang dapat dijadikan teladan bagi siswa. Pembelajaran hari ini akan menggunakan cara yang berbeda dengan pembelajaran minggu yang lalu. Pada hari ini, pembelajaran akan Bapak kelompokan menjadi empat, yaitu tahap latihan, tahap pengamatan, tahap menemukan dan tahap penguatan. Pada tahap latihan kalian akan tetap belajar klasikal seperti ini, sedangkan mulai taap pengamatan kalian akan Bapak bagi menjadi 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang. Kelompok-kelompok itu akan Bapak namai dengan nama unsur cerpen yang akan kita cari. Bisa dipahami pembicaraan Bapak ini?”
De Porter (200:26) menjelaskan bahwa sebelum kita melakukan segalanya dalam hidup ini, baik secara sadar ataupun tidak sadar kita akan bertanya kepada diri sendiri, apa manfaatnya bagiku. Pendapat tersebut menyatakan bahwa kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan untuk memberitahukan manfaat bahan ajar sebelum siswa mempelajarinya. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk menganggap bahwa bahan ajar tersebut akan jadi kebutuhan dan bekal hidup di masyarakat masing-masing.

2. Kegiatan Inti
Tahap Latihan
Pada tahap ini dideskripsikan bahwa penulis memberikan kesempatan kepada para siswa untuk berani berpendapat dan berargumen. Tanpa campur tangan guru secara langsung, siswa berkesempatan untuk saling beradui argumen. Jelas hal ini sesuai dengan salah satu pilarpendidikan yang ditegaskan oleh KTSP yaiti prinsip kreatif dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas 2002 d:6) yang mengatakan bahwa suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan. Otak tidak bisa bekerja secara maksimal bila perasaan dalam keadaan tertekan.
Tahap Pengamatan
Pada tahap ini dideskripsikan bahwa siswa belajar bersama kelompoknya. Mereka bisa langsung bertanya jawab dengan anggota yang lebih kecil jumlahnya. Prinsip aktif dan efektif dalam pembelajaran melekat pada fase ini. Setiap siswa akan tertantang untuk mengemukakan pendapat mereka karena kalau tidak mereka akan merasa malu sendiri. Audien yang dihadapi yang hanya berjumlah lima orang juga dapat menghindari rasa malu mereka. Masing-masing anggota merasa selevel, baik itu pengetahuannya maupun pengalamannya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Depdiknas (2003 b:23-26) yang mengatakan bahwa mereka bekerjasama dengan saling pengertian, menghargai dan membantu yang disertai dengan komunikasi secara empati, dalam menggali dan menemukan butir-butir jawaban, mengolah butir-butir jawaban tersebut untuk memperoleh pemecahan masalahnya. Pada kegiatan ini mereka berlife skill dalam kecakapan sosial.
Selain itu mereka juga melaksanakan salah satu pilar contextual teaching and learning yaitu inquiry. Dengan mengamati sendiri tanpa dijejali berbagai pengetahuan oleh guru maka mereka akan memperoleh satu pengalaman berharga dari temuan yang mereka temukan sendiri. Penulis hanya sebagai motivator dan supervisor. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas yang mengatakan bahwa kunjungan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa siswa melakukan pembelajaran dengan benar dan memberikan motivasi untuk meningkatkan kerja sama dan komunikasinya.Apabila ada siswa atau masyarakatat belajar yang mengalami kesulitan atau kemacetan belajar, guru bisa dengan cepat memberikan bantuan seperlunya.
Tahap Menemukan
Pada tahap ini dideskripsikan bahwa siswa dalam setiap kelompoknya diberi kesempatan untuk menemukan sesuatu yang baru melalui presentasi pendapat mereka masing-masing. Dengan adanya silang pendapat dalam suasana yang menyenangkan (seperti celetukan-celetukan Agus yang menggunakan Bahasa Sunda menggelitik) mereka secara tidak langsung digiring untuk menemukan fakta yang benar-benar benar. Penulis hanya berfungsi sebagai dinamisator yang mengatur proses pembelajar siswa supaya berjalan dengan lancar. Penulis tidak ikut langsung dalam interaksi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas (2002 a:19) yang menyebutkan bahwa Pembelajaranyang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning to know) bukan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses dan bukan anya dari hasil. Dengan cara ini maka setiap siswa dapat melakukan atau mengerjakan tugas-tugasnya dengan benar dan dapat menjadi sumber belajara bagi siswa yang lain.
Tahap Penguatan
Pada tahap ini penulis dideskripsikan memberikan penguatan-penguatan (reinforcement) terhadap proses belajar siswa. Penguatan itu sendiri akan menjadi penting apabila timbul keragu-raguan terhadap satu permasalahan. Dalam taap menemukan, bebrapa masalah belum dibahas secara tuntas oleh siswa, maka pada kesempatan ini guru sebagai orang yang paling dituakan berkewajinban untuk memberikan penguatan sehingga keragu-raguan siswa terhadap kebenaran suatu pendapat akan hilang.

3. Kegiatan Penutup
Pada tahap ini dapat dideskripsikan bahwa penulis memberikan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilalui siswa. Kegiatan refleksi ini sangat sesuai dengan salah satu pilar CTL. Pada tahap ini penulis memotivasi siswa agar mampu mengimplementasikan pengetahuan yang telah diperoleh selama pembelajaran dalam kehidupan nyata mereka. Azas ini sesuai dengan salah atu azas KTSP yaitu life skill.

E. Deskripsi hasil penelitian secara kuantitatif
1. Data Penilaian Proses Siklus 1 dan Siklus 2

Tabel 4.1

No.
Nama Subyek
Skor Siklus 1
Skor siklus 2
1 ENA 26 29
2 AZHARDI 25 28
3 IIS 25 26
4 DENI 24 26
5 DEDE RITNO 24 26
6 DEWI 23 24
7 VANANDIKA 21 23
8 RATIH 19 23
9 MALA 19 23
10 NAZAR 18 22
11 NENENG 18 23
12 NOVI 17 21
13 WULAN 16 26
14 ASEP 16 20
15 ARIP 16 21
16 TITIN 16 21
17 LULU 15 21
18 NANO 15 21
19 ADE 15 22
20 AGUS 14 24
21 IMAN 14 23
22 NIA 14 24
23 SISKA 14 24
24 SELVIA 14 22
25 SITI 14 21
26 AJAT 14 22
27 RIKKI 13 22
28 DEDEN 12 20
29 NURHALIMAH 12 23
30 INTA 11 22
31 FIRMA 11 22
32 MELAN 10 23
33 YAYA 10 21
34 MEGA 10 21
35 DINAR 10 21
36 DESI 10 23
37 ANA 10 22
38 ERUM 10 23
39 EVI 10 23
40 RIVAL 10 21
42 YANTI 10 21


Keterangan:
a. Keaktifan
Aktif diberi skor antara 11 s.d. 15
Kurang Aktif diberi skor antara 6 s.d. 10
Tidak Aktif diberi skor antara 1 s.d. 5
b. Sikap
Mengikuti dengan baik diberi skor antara 11 s.d. 15
Kurang mengikuti diberi skor antara 6 s.d. 10
Tidak mengikuti diberi skor antara 1 s.d. 5
c. Skor penilaian proses merupakan gabungan dari keaktifan dan sikap
2. Distribusi Skor Penilaian Proses Siklus 1
Tabel 4.2
No.
Skor (S)
Jumlah Obyek (F)
S X F
1 26 1 26
2 25 2 50
3 24 2 48
4 23 1 23
5 21 1 21
6 19 2 38
7 18 2 36
8 17 1 34
9 16 5 80
10 15 3 45
11 14 7 98
12 13 1 13
13 12 2 24
14 11 2 22
15 10 10 100
Skor rata-rata = 15,66 42 658

3. Distribusi Skor Penilaian Proses Siklus 2
Tabel 4.3
No.
Skor (S)
Jumlah Obyek (F)
S X F
1 29 1 29
2 28 1 28
3 26 4 104
4 24 4 96
5 23 10 230
6 22 9 198
7 21 11 231
8 20 2 40
Skor rata-rata = 22,76 42 956

4. Data Penilaian Proses Siklus 1 dan Siklus 2

Tabel 4.4

No.
Nama Subyek
Skor Siklus 1
Skor siklus 2
1 ENA 18 30
2 IIS 18 30
3 RATIH 17 26
4 DEDE RITNO 17 26
5 DEWI 17 24
6 DENI 17 28
7 AZHARDI 17 29
8 MALA 16 28
9 NAZAR 15 27
10 VANANDIKA 15 25
11 NIA 15 24
12 NENENG 15 28
13 WULAN 14 24
14 ASEP 14 23
15 NURHALIMAH 14 28
16 SISKA 12 26
17 AGUS 12 26
18 MELAN 12 25
19 RIKKI 12 26
20 NOVI 12 22
21 INTA 12 23
22 EVI 12 21
23 ADE 12 22
24 SELVIA 11 24
25 ANA 11 24
26 ARIP 11 24
27 ERUM 11 23
28 DINAR 11 23
29 SITI 10 26
30 YAYA 10 20
31 TITIN 10 22
32 IMAN 9 24
33 FIRMA 9 24
34 AJAT 9 23
35 LULU 9 21
36 SELVIA 8 21
37 DESI 8 25
38 MEGA 7 23
39 YANTI 7 22
40 NANO 7 22
41 RIVAL 7 23
42 DEDEN 7 23

5. Distribusi Skor Penilaian Hasil Siklus 1
Tabel 4.5
No.
Skor (S)
Jumlah Obyek (F)
S X F
1 18 2 36
2 17 5 85
3 16 1 16
4 15 4 60
5 14 3 42
6 12 8 96
7 11 5 55
8 10 3 30
9 9 4 36
10 8 2 16
11 7 5 35
Skor rata-rata = 12,07 42 507

6. Distribusi Skor Penilaian Hasil Siklus 2
Tabel 4.6
No.
Skor (S)
Jumlah Obyek (F)
S X F
1 30 2 60
2 29 1 29
3 28 4 112
4 27 1 27
5 26 6 156
6 25 2 50
7 24 9 216
8 23 8 184
9 22 5 110
10 21 3 63
11 20 1 20
Skor rata-rata = 24,45 42 1027


F. Pembahasan Data Secara Kuantitatif Bagi Guru Bahasa Indonesia
1 Hasil Belajar Secara Klasikal
Pembelajaran menemukan tema, tokoh, latar, alur, sudut pandang,
amanat dan nilai kehidupan (unsur intrinsik) cerita pendek melalui teknik
Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan (LPMP) adalah rata-rata skor penilaian hasil siklus 2 dikurangi rata-rata skor peniulaian hasil siklus 1. Jadi hasil pembelajaran pada penelitian ini adalah 24,45 – 12,07 = 12,38 (dua belas koma tiga puluh delapan) atau jika dikonversikan dalam bentuk nilai adalah
12,38 : 3 = 4, 13 (empat koma tiga belas).
2. Proses Belajar Secara Klasikal
Kualitas proses pembelajaran menemukan tema, tokoh, latar, alur, sudut pandang, amanat dan nilai kehidupan (unsur intrinsik) cerita pendek melalui teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan (LPMP) adalah rata-rata skor penilaian proses siklus 2 dikurangi rata-rata skor penilaian proses siklus 1. Jadi kualitas proses pembelajaran pada penelitian ini adalah
22,76 – 15,66 = 7,10 (tujuh koma atu nol) atau jika dikonversikan dalam bentuk nilai adalah 7,10 : 3 = 2,37 (dua koma tiga tujuh).
3. Prosentase Tes Siklus 1, Tes Siklus 2 dan Hasil Belajar
Tes Siklus 1 : 12,07 x 100 % = 40 %
30
Tes Siklus 2 : 24,45 x 100 % = 82 %
30
Hasil Belajar : 12,38 x 100 % = 41 %
30
4. Perbandingan prosentase di atas adalah: 40 : 82 : 41 = 163
Hasil Tes Siklus 1 : 40 x 100 % = 24,53 %
163
Hasil Tes Siklus 2 ; 82 x 100 % = 50,30 %
163
Hasil Belajar : 41 x 100 % = 25,15 %
163

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan dan Rekomendasi Secara Kualitatif
1. Simpulan
Hasil observasi terhadap penerapan teknik LPMP dalam pembelajaran menemukan unsur intrinsik cerpen diperoleh data sebagai berikut. Siswa mengalami peningkatan motivasi belajar, peningkatan keaktifan dalam belajar, peningkatan kreativitas dalam belajar serta peningkatan prinsip belajar bersama. Peningkatan-peningkatan tersebut menun jukan bahwa kualitas proses pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan.
Hasil pembahasan terhadap hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa serta kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan pendekatan contextual teaching and learning, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, serta Permen Diknas no 22 dan 23 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
Berdasarkan penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja telah terbukti yaitu dengan menerapkan teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan (LPMP) dalam pembelajaran menemukan tema, latar, tokoh, alur, sudut pandang, amanat dan nilai hidup (unsur intrinsik) cerpen, terbukti adanya peningkatan kualitas pembelajaran secara signifikan, baik itu kualitas proses maupun kualitas hasil pembelajaran.
2. Rekomendasi
Telah dibuktikan bahwa dengan menerapkan teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan (LPMP) dalam pembelajaran menemukan tema, latar, tokoh, alur, sudut pandang, amanat dan nilai hidup (unsur intrinsik) cerpen, terbukti adanya peningkatan kualitas pembelajaran secara signifikan, baik itu kualitas proses maupun kualitas hasil pembelajaran. Karena itu sudah selayaknya hasil penelitian ini bisa dijadikan pedoman bagi guru, khususnya guru-guru bidang studi Bahasa Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar oleh Kasi Kurtis untuk menindaklanjutinya.

B. Simpulan dan Rekomendasi Secara Kuantitatif
1. Simpulan
Data-data perbandingan mengenai penilaian hasil dan proses belajar menunjukan bahwa kegiatan siklus 2 memiliki tingkat rata-rata yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata siklus 1. Tes hasil belajar menunjukan adanya selisih antara siklus pertama dengan siklus kedua sebesar 12,38; Penilaian proses menunjukan adanya selisih antara siklus kesatu dengan siklus kedua sebesar 7,10 dan prosentase pemahaman secara klasikal menunjukan adanya selisih antara siklue pertama dengan siklus kedua sebesar 42 %.
Berdasarkan penejelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis kerja telah terbukti yaitu dengan menerapkan teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan (LPMP) dalam pembelajaran menemukan tema, latar, tokoh, alur, sudut pandang, amanat dan nilai hidup (unsur intrinsik) cerpen, terbukti adanya peningkatan kualitas pembelajaran secara signifikan, baik itu kualitas proses maupun kualitas hasil pembelajaran.
2. Rekomendasi
Telah dibuktikan bahwa dengan menerapkan teknik Latihan, Pengamatan, Menemukan dan Penguatan (LPMP) dalam pembelajaran menemukan tema, latar, tokoh, alur, sudut pandang, amanat dan nilai hidup (unsur intrinsik) cerpen, terbukti adanya peningkatan kualitas pembelajaran secara signifikan, baik itu kualitas proses maupun kualitas hasil pembelajaran. Karena itu sudah selayaknya hasil penelitian ini bisa dijadikan pedoman bagi guru, khususnya guru-guru bidang studi Bahasa Indonesia. Selain itu hasil penelitian ini bisa dijadikan dasar oleh Kasi Kurtis untuk menindaklanjutinya.











DAFTAR PUSTAKA

Direktorat PLP. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia Buku 1, 2 dan 3. Jakarta: Depdiknas.
Supardi. 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Suhardjono et.al. 2005. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru.Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran Permendiknas no 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: ----------.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran Permendiknas no 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: ----------.
Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pengembangan Profesi Guru. Bandung: LPMP.









LAMPIRAN 1
RPP SIKLUS 1

Mata Pembelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester : IX / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran

A. Standar Kompetensi
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen)

B. Kompetensi Dasar
1. Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
2. Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

C. Indikator Pencapaian
1. Mampu menemukan tema cerpen
2. Mampu menemukan latar cerpen
3. Mampu menemukan tokoh cerpen
4. Mampu menemukan alur cerpen
5. Mampu menemukan amanat cerpen
6. Mampu menemukan sudut pandang dalam cerpen
7. Mampu menentukan nilai yang dapat dijadikan teladan bagi siswa

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menemukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang sebuah cerita pendek dengan cara membaca cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
2. Siswa dapat menemukan nilai kehidupan positif yang bisa dijadikan teladan dalam kehidupan mereka dari cerpen yang dibacanya.

E. Materi Pokok
1. Cerpen yang berjudul Guruku karya R. Agung

F. Model, Pendekatan dan Metode
1. Model : Kontruktivisme
2. Pendekatan : Contextual Teaching and Learning
3. Metode : Ceramah dan penugasan

G. Sumber dan Media
1. Sumber Pembelajaran : Buku kumpulan cerpen
2. Media Pembelajaran : Lembar kerja siswa

H. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Salam dan absensi
b. Apersepsi
2. Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan unsur-unsur cerita pendek secara klasikal.
b. Siswa membaca cerpen yang berjudul Guruku.
c. Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru secara
berkelompok
3. Kegiatan Akhir
a. Guru menyimpulkan tentang kriteria cerpen yang baik.

I. Penilaian
1. Jenis Tagihan : Tes dan Non tes
2. Bentuk Penilaian : Uraian dan Rubrik Sikap
3. Instrumen Penilaian
a. Soal
1) Tentukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang cerpen Guruku!
2) Tentukan instabilitas, konflik, klimaks dan peleraiaan cerpen tersebut!
b. Kunci jawaban
1) Tema : Guru merupakan insan yang harus dihormati semua siswa.
Latar : sekolah, rumah sakit dan pagi hari
Tokoh : Aku, Pak Budi, Pak Gun, Bella, Frisca, Gita, dan Bu Budi
Alur : linear (maju)
Sudut pandang : akuan sertaan
2) Instabilitas : Anak di luar kelas saat Pak Budi masuk.
Konflik : Aku dengan Aku
Aku dengan Pak Budi
Klimaks : Pak Budi terjatuh
Peleraian : Aku menyadari kesalahannya.
c. Pedoman penilaian
1) Skor
Nomor 1 = 5
Nomor 2 = 3
2) Nilai
Skor yang Diperoleh
------------------------- X 10 = N
8
d. Rubrik Sikap

Aspek Deskriptor Ya Tidak
Keaktifan bertanya, menjawab pertanyaan 1. Apakah siswa aktif bertanya?
2. Apakah siswa aktif menjawab pertanyaan yang berkembang?
Kesungguhan mengerjakan tugas 1. Apakah siswa telah berusaha dan tekun menyelesaikan tugas dengan baik?

Kemauan berpartisipasi mengerjakan tugas dalam kelompok/di kelas 1. Apakah siswa mau berpartisipasi mengerjakan tugasnya dalam kelompok?
2. Apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan?

Kriteria sikap
5 ya = 10
4 ya = 9
3 ya = 8 (batas lulus)
Di bawah tiga belum lulus



Mengetahui Jatiwangi, 14 Juli 2007
Kepala SMPN 2 Jatiwangi, Guru Mata Pembelajaran,




Drs. H. Somantri Ragung, S.Pd.
NIP 130412647 NIP 131430956









LAMPIRAN 2
RPP SIKLUS 2

Mata Pembelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester : IX / Ganjil
Alokasi Waktu : 2 Jam Pembelajaran

A. Standar Kompetensi
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen)

B. Kompetensi Dasar
1. Menemukan tema, latar, penokohan pada cerpen-cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
2. Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen

C. Indikator Pencapaian
1. Mampu menemukan tema cerpen
2. Mampu menemukan latar cerpen
3. Mampu menemukan tokoh cerpen
4. Mampu menemukan alur cerpen
5. Mampu menemukan amanat cerpen
6. Mampu menemukan sudut pandang dalam cerpen
7. Mampu menentukan nilai yang dapat dijadikan teladan bagi siswa

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menemukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang sebuah cerita pendek dengan cara membaca cerpen dalam satu kumpulan cerpen.
2. Siswa dapat menemukan nilai kehidupan positif yang bisa dijadikan teladan dalam kehidupan mereka dari cerpen yang dibacanya.

E. Materi Pokok
1. Cerpen yang berjudul Guruku karya R. Agung

F. Model, Pendekatan dan Metode
1. Model : Kontruktivisme
2. Pendekatan : Contextual Teaching and Learning
3. Teknik : LPMP (Latihan, Pengamatan, Menemukan, Penguatan)

G. Sumber dan Media
1. Sumber Pembelajaran : Buku kumpulan cerpen
2. Media Pembelajaran : Lembar kerja siswa

H. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Salam dan absensi
b. Menyebutkan SK dan KD dan indikator pencapaian
2. Kegiatan Inti
Tahap Latihan (Eksplorasi)
Bertanya jawab tentang unsur-unsur cerita pendek
Tahap Pengamatan (Eksplorasi)
a. Siswa duduk berkelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang.
b. Siswa diberi nama kelompok yang disesuaikan dengan nama unsure-unsur cerpen.
c. Siswa mengamati salah satu unsur intrinsik cerpen dari cerpen yang telah disediakan sesuai dengan nama kelompoknya.
Tahap Menemukan (Elaborasi)
a. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mengemukakan hasil pengamatan dan penemuannya.
b. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan berpendapat terhadap hasil kerja kelompok lain untuk menemukan data-data yang faktual dan benar.
Tahap Penguatan (Konfirmasi)
Guru mengulas materi-materi yang masih meragukan siswa sehing
siswa merasa puas dengan penemuan yang mereka dapatkan pada Tahap
Penemuan.
3. Kegiatan Akhir
Sebagai refleksi, guru menyimpulkan tentang proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan siswa dan memotivasi siswa agar mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang baru diperolehnya dalam
kehidupan nyata.

I. Penilaian
1. Jenis Tagihan : Tes dan Non tes
2. Bentuk Penilaian : Uraian dan Rubrik Sikap
3. Instrumen Penilaian
a. Soal
1) Tentukan tema, latar, tokoh, alur dan sudut pandang cerpen Guruku!
2) Tentukan instabilitas, konflik, klimaks dan peleraiaan cerpen tersebut!
b. Kunci jawaban
1) Tema : Guru merupakan insan yang harus dihormati semua siswa.
Latar : sekolah, rumah sakit dan pagi hari
Tokoh : Aku, Pak Budi, Pak Gun, Bella, Frisca, Gita, dan Bu Budi
Alur : linear (maju)
Sudut pandang : akuan sertaan
2) Instabilitas : Anak di luar kelas saat Pak Budi masuk.
Konflik : Aku dengan Aku
Aku dengan Pak Budi
Klimaks : Pak Budi terjatuh
Peleraian : Aku menyadari kesalahannya.
c. Pedoman penilaian
1) Skor
Nomor 1 = 5
Nomor 2 = 3
2) Nilai
Skor yang Diperoleh
------------------------- X 10 = N
8
d. Rubrik Sikap

Aspek Deskriptor Ya Tidak
Keaktifan bertanya, menjawab pertanyaan 3. Apakah siswa aktif bertanya?
4. Apakah siswa aktif menjawab pertanyaan yang berkembang?
Kesungguhan mengerjakan tugas 1. Apakah siswa telah berusaha dan tekun menyelesaikan tugas dengan baik?

Kemauan berpartisipasi mengerjakan tugas dalam kelompok/di kelas 3. Apakah siswa mau berpartisipasi mengerjakan tugasnya dalam kelompok?
4. Apakah siswa mau mendengar bila kelompok menyajikan?

Kriteria sikap
5 ya = 10
4 ya = 9
3 ya = 8 (batas lulus)
Di bawah tiga belum lulus



Mengetahui Jatiwangi, 14 Juli 2007
Kepala SMPN 2 Jatiwangi, Guru Mata Pembelajaran,




Drs. H. Somantri Ragung, S.Pd.
NIP 130412647 NIP 131430956












LAMPIRAN 3
LEMBAR KERJA SISWA


Tagihan 1
Bacalah cerpen berikut ini dan bersama kelompokmu jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawahnya!

GURUKU
Karya R. Agung

Cerpen ini ditulis
Saat guru-guru melakukan aksi demontrasi ke gedung DPR/MPR pada tahun 2000

“Seneng deh kalau begini terus, “ Aku membuka pembicaran di tengah bisingnya suara kompor berbaur dengan gemerisiknya minyak goreng di kantin yang masih sepi pengunjung.
“Iya ya, kita kan bisa keluyuran ke mana-mana,” Frisca menimpali, “Mudah-mudahan saja guru-guru kita mogok terus.”
“St ngawur kamu! Kalau begini terus, rugi dong,” Gita menyanggah pendapat teman-temannya.
“Pantas saja kau ngomong begitu, peringkat pertama kan harus rajin,” ucap Bella dengan nada menyindir.
“oh begitu kiranya, rajin apa rajin,” sahut teman-temannya cekikikan.
“Bukan, bukan begitu. Sekarang kita harusnya belajar dengan Pak Gun kan!”
“Iya ya, guru Bahasa Indonesia kita itu sudah dua kali tidak masuk. Aku kangen candanya dan aku kangen nasihat-nasihatnya.”
“Benar juga ya, dua kali tak jumpa Beliau, rasanya seperti dua semester lo,” Bella berpendapat.
“Ya, kalau jam kesatu dan kedua, tapi jam ketiga dan keempat saat guru Fisika yang masuk, iiih serem aku,” Frisca bicara gemetaran.
“Tapi Pak Budi kan menyayangimu, suer deh!”
“Ih amit-amit jabang bayi. Waktu kesiangan, aku dimarahi habis-habisan. Katanya tidak disiplin,” Frisca bicara ngotot.
“Pantas Beliau marah, kamu kan tidak mengemukakan alasan yang jelas?”
“Iya sih, tapi waktu aku kesiangan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, tanpa ditanya alasanpun aku langsung di suruh duduk,” Bella tetap pada pendiriannya.
“Ya, tapi kau harus ingat Fris pepatah yang pernah dikatakan Pak Gun bahwa kepala boleh sama tapi ranbut berbeda-beda. Artinya cara mendidik guru memang berbeda-beda tetapi tujuan mereka sama agar kita jadi orang pandai. Lagi pula kasihan kan Pak Budi, sudah mengabdi puluhan tahun tanpa pamrih juga.”
“Sok iye Lu, telingaku error mendengar dakwahmu itu. Mentang-mentang kau anak guru. Yang pasti aku benci Pak Budi, benci, ben … .”
Suara Frisca tertahan saat seorang lelaki jangkung berambut agak ikal berkulit hitam tapi manis mengenakan seragam PGRI memasuku kantin.
“Eh, Bapak, cari apa Pak?” Frisca bertanya.
“Biasa bala-bala pengganjal perut Bapak yang ramai keroncongan menagih isi. O ya anak-anak, mengapa kalian di sini? Sekarang kan sudah jam ketiga, tadi Bapak lihat Pak Budi masuk ke kelas kalian.”
Aku terkesiap kaget. Kulihat ketiga temankupun pucat pasi bagaikan bulan kesiangan. Kami saling berpandangan. Hening. Hening seketika, tidak ada yang mau membuka mulut.
“Sudahlah, kalian masuk saja. Beliau tidak akan apa-apa kok,” Suara Pak Gun mantap memecah kesunyian. Seolah-olah beliau mengetahui sesuatu yang menghantui pikiran kami.
“Tapi…tapi … ia akan sangat marah pak,” kucoba memberikan opini.
Bapak kira tidak. Kalaupun dia marah, itu kan pmerupakan curahan kash sayangnya terhadap kalian karena Pak Budi menginginkan kalian jadi anak yang memiliki iptek dan imtaq. Guru kan orang tua kalian di sekolah. Sudah masuk sana!”
Kami berpandangan. Kupikir benar juga apa yang dikatakan Pak Gun.Sebagai seorang KM dan satu-satunya lelaki di kelompok ini, walau terasa berat kuangkat pantatku menjauhi kantin itu. Ketiga temankupun mengikuti langkahku mendekati ruang kelas IX-A. Terhenti langkahku di depan pintu saat mendengar suara berat Pak Budi yang sedang menjelaskan
Listrik Statis.
Bagaikan ada kekuatan magis yang menyertaiku, kuberanikan diri mengetuk pintu. Dengan suara gemetar kuucapkan salam. Tiada jawaban. Kuulangi sekali lagi, masih belum ada jawaban. Kuulangi lebih keras lagi, dan …
“Masuk!” suara berat itu menggema menyambar bagaikan petir, seolah-olah mernghentikan aliran darah dan merontokkan jantungku.
“Dari mana saja kalian hah! Orang lain masuk, malah main-main. Generasi macam apa kalian ini. Dasar pemalas, apa mau jadi koruptor!”
“Tapi guru lain tidak ada yang masuk kelas Pak!” tanpa sadar mulutku berucap.
“Apa katamu? Tidak masuk kelas? Aku datang ke sekolah ini untuk mengajar, tahu! Bukan untuk ngobrol di kantor. Aku kan digaji, aku tak mau mendapatkan jasa tanpa mengeluar kan keringat!”
“Kalau begitu, mana partisipasi Bapak? Teman-teman Bapak kan sedang berjuang demi eksistensi guru. Mereka berjuang agar guru diakui sebagai profesi yang layak dihargai, agar …”
“Tutup mulutmu!” suara Pak Budi melengking keras, dan … bug! Tubuh kurus kering dengan kulit keriput itu terjatuh, tersungkur di lantai.
Siswa-siswi seisi kelas memburu tubuh itu. Dengan cemas aku meraba tubuh yang tergeletak itu. Ku suruh beberapa teman untuk mremberitahu guru-guru di kantor.Tak lama Pak Gun diiringi guru yang lain datang.
“Apa yang terjadi? Cepat bawa Pak Budi ke pintu gerbang! Bapak akan meminjam mobil kepala sekolah untuk membawanya ke rumah sakit! KM bawa sepeda Pak Budi ke rumahnya dan katakana Pak Budi dibawa ke RS Sumber Waras!”
Tanpa menjawab aku langsung mencari sepeda Pak Budi di garasi. Agak susah juga mengeluarkan sepedanya karena terhalang oleh Vario dan Mionya ibu-ibu guru. Kukayuh sepeda cepat-cepat, tak lama aku sampai ke rumah Pak Budi.
Seorang wanita setengah baya sedang duduk di serambi sambil memegang gulungan benang-benang renda. Aku menghamoirinya sambil terengah-engah.
“Bu…Bu, Bapak terjatuh di kelas. Sekarang di bawa ke RS Sumber Waras.”
“Apa? Bapak terjatuh? Di bawa ke rumah sakit?”
Tanpa menjawab cepat-cepat aku berlari menuju ke rumah sakit. Kumasuki pintu gerbang dengan nafas terengah-engah. Baru saja aku memasuki koridor rumah sakit, tiba-tiba Gita, Bella dan Frisca berlari berhamburan dari dalam rumah sakit menghampiriku. Mereka menangis sejadi-jadinya sambil berangkulan. Kutanyai mereka, tapi tak ada yang menjawab, yang ada hanya dorot mata mereka yang membiaskan kebencian kepadaku.
“Jadi Pak Budi … Pak Budi … tidak, tidak mungkin, aku yakin idealisme akan abadi selamanya.”
Dua ibu guru keluar dari dalam rumah sakit dengan muka sembab. Sapu tangan yang ada dalam genggaman mereka basah kuyup. Sayup-sayup suara seorang ibu guru terdengan,
“Kasihan ya Pak Budi, beliau adalah orang yang paling rajin, paling berjasa di sekolah kita. Tapi saat profesi guru akan diperhatikan dan akan dihargai, beliau harus…”
Kututup kedua telingaku. Aku tidak sanggup lagi mendengar lanjutan pembicaraan ibu guru itu. Lemas lesu seluruh tubuhku, aku terduduk dan berujar, “Guruku…oh…Guruku. Maafkan atas segala kesalahanku. Aku menyesal telah salah menilaimu. Semoga Allah akan selalu bersamamu.”
Kulihat beberapa teman dan guru menghampiriku, dan … aku tak sadarkan diri.

1. Siapakah tokoh-tokoh dalam cerita di atas dan termasuk tokoh apakah mereka?
a. protagonis : ……………………………………………………………
b. antagonis : …………………………………………………………....
c. tritagonis : ……………………………………………………………
2. Di manakah latar cerita tersebut dan kapan waktu kejadiannya?
a. latar tempat: …………………………………………………………
b. latar waktu : …………………………………………………………
3. Apa tema cerita di atas?
…………………………………………………………………………
4. Sudut pandang apa yang digunakan pengarang dalam cerita di atas?
…………………………………………………………………………
5. Apa amanat yang terkandung dalam cerita di atas?
…………………………………………………………………............
6. Jenis alur apa yang digunakan pengarang dalam cerita di atas?
…………………………………………………………………………
7. Bagian mana yang merupakan instabilitas?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
8. Bagian mana yang merupakan konflik?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Tagihan 2
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan bacaan di atas secara individual!
1. Apakah cerita tersebut mengandung denoument (peleraian)?
Jika ya, apa peleraiannya?
…………………………………………………………………………

2. Siapakah tokoh dalam cerita tersebut yang paling Anda sukai?
Tuliskan alasanmu!
…………………………………………………………………………

3. Siapakah tokoh yang paling Anda tidak sukai?
Tuliskan alasanmu!
…………………………………………………………………………

4. Bagaimana menurut pendapat Anda, apakah Pak Budi itu guru yang baik atau
tidak baik?
Tuliskan alasanmu!
…………………………………………………………………………
………………………………………………………………………....


LAMPIRAN 4
NASKAH SOAL ULANGAN HARIAN
Jawablah pertanyaanberikut ini berdasarkan cerpen di atasnya!
Biduk kayu yang ku kayuh bersama adiku meluncur pelan di bawah terangnya sinar rembulan. Bintang-bintang yang menambah pesona keindahan memang tidak sama dengan nasib kami. Sejak tadi, sudah sekitar satu jam kami belum mendapatkan ikan seekorpun. Tali pancing kami tak bergerak dan umpan kami belum ada yang memakan. Jangan kan memakan, menyentuhpun ikan-ikan itu sepertinya enggan.
“Gimana Kak, kok tangkapan kita sepi banget sih?” adikku mulai tak sabar.
“Entahlah Dik, sepertinya ikan-ikan lagi puasa nih,” aku menjawab seenaknya.
“Ya sudah kita pulang saja Kak, bulan kan sudah semakin meninggi Kak?”
“Tenang dulu. Kalau kita pulang sekarang, apa yang bisa kita bawa ke rumah? Mau makan apa keponakanmu?”
“Iya sih, tapi kita kan sudah lama. Mungkin ini hari apes bagi kita Kak.”
“Mungkin juga, kita tunggu yah Dik sampai bulan tepat di atas kepala kita. Mudah-mudahan saja ada ikan yang mau berbuka puasa,” kataku sambil memandang ke laut lepas nun jauh di sana lampu-lampu kapal motor berkelipan bagaikan kunang-kunang.
Tiba-tiba tali pancing bergerak-gerak. Tak lama sesuatu menarik dengan sangat kuat, ya, kuat sekali. Ku tarik tali pancing pelan-pelan, semakin tinggi dan … seekor ikan besar menggelepar-gelepar. Cepat-cepat kuangkat cepat-cepat ikan itu ke atas perahuku.
1. Bagaimanakah watak aku dalam cerpen di ata
2. Sudut pandang apa yang digunakan pengarang dalam cerita di atas?
3. Dimanakah latar cerpen di atas dan kapan waktu kejadiannya?
4. Apa konflik yang dimunculkan pengarang dalam cerpen di atas?
5. Amanat apa yang disampaikan pengarang dalam cerita di atas?


Label: , ,

Penulis: Izoers @ 10.03.00  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
Arsip Dokumen
Tanggal Arsif
Daftar Blog Teman
PESAN PENGUNJUNG
ASAL PENGUNJUNG
PERGURUAN TINGGI

  • Institut Pertanian Bogor (IPB)
  • Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN)
  • Institut Seni Indonesia (ISI)
  • Institut Teknologi Nasional (ITENAS)
  • Institut Teknologi Nasional (ITN)
  • Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI)
  • Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI
  • Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Perbanas
  • Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung
  • Universitas Airlangga (UNAIR)
  • Universitas Al-Azhar Indonesia
  • Universitas Andalas
  • Universitas Bengkulu
  • Universitas Bina Nusantara (BINUS)
  • Universitas Brawijaya (UNIBRAW
  • Universitas Diponegoro (UNDIP)
  • Universitas Gadjahmada (UGM)
  • Universitas Gunadarma
  • Universitas Hasanuddin (UNHAS)
  • Universitas Indonesia (UI)
  • Universitas Islam Bandung (UNISBA)
  • Universitas Islam Indonesia (UII)
  • Universitas Islam Jakarta
  • Universitas Islam Lamongan (UNISLA)
  • Universitas Jayabaya
  • Universitas Jember (UNEJ)
  • Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)
  • Universitas Jendral Achmad Yani (UNJANI)
  • Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
  • Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR)
  • Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS)
  • Universitas Kristen Indonesia (UKI)
  • Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM)
  • Universitas Lampung (UNILA)
  • Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka
  • Universitas Mulawarman (UNMUL)
  • Universitas Nasional
  • Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
  • Universitas Negeri Makassar
  • Universitas Negeri Malang (UNM)
  • Universitas Negeri Medan (UNIMED)
  • universitas Negeri Papua (UNIPA)
  • Universitas Negeri Semarang (UNNES)
  • Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
  • Universitas Pajajaran (UNPAD)
  • Universitas Pakuan (UNPAK)
  • Universitas Palangkaraya (UNPAR)
  • Universitas Pancasila
  • Universitas Pasundan (UNPAS)
  • Universitas Pembangunan Nasional (UPN)
  • Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
  • Universitas Persada Indonesia YAI
  • Universitas Prof DR Moestopo (Beragama)
  • Universitas Riau (UNRI)
  • Universitas Sebelas Maret (UNS)
  • Universitas Sriwijaya (UNSRI)
  • Universitas Sumatera Utara (USU)
  • Universitas Surabaya (UBAYA)
  • Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH)
  • Universitas Tarumanagara
  • Universitas Trisakti
  • Universitas Tujuhbelas Agustus (UNTAG)
  • Universitas Udayana (UNUD)
  • Universitas Yarsi
  • id-flag1

    "... Blog ini masih dalam Perbaikan ... ...Kang Izoer Girimukti..."